RETARDASI MENTAL
Anak dengan retardasi mental seringkali dianggap sebagai pribadi yang inferior (lebih rendah) dibandingkan dengan anak normal seusianya. Hal ini tampak dari bagaimana orang-orang di sekitarnya memberikan ruang gerak yang terbatas pada kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu kurangnya penerimaan dari orang tua tak jarang menyebabkan perkembangan mereka semakin terhambat. Padahal dengan latihan yang cukup dan dukungan yang kuat, penyandang retardasi mental dapat hidup secara mandiri dan berkontribusi bagi lingkungan di sekitarnya. Karena itulah, langkah awal yang paling mudah adalah dengan belajar memahami kondisi mereka. Yuk, kita simak sedikit ulasan tentang retardasi mental!
Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental atau disabilitas intelektual adalah gangguan intelektual yang ditandai dengan kemampuan mental atau intelegensi di bawah rata-rata. Orang dengan retardasi mental mempelajari kemampuan baru, namun lebih lambat.
Terdapat berbagai derajat retardasi mental, mulai dari ringan hingga sangat berat. Kemampuan intelegensi biasanya diukur dengan menggunakan skor IQ. Seseorang dikatakan retardasi mental apabila didapati skor IQ < 70.
Nah, jika dilihat dari hasil tes IQ, penyandang retardasi mental dapat dibagi menjadi kategori sebagai berikut:
1. Retardasi Mental Ringan (IQ 50-69)
Pada kategori ini, kesulitan utama yang ditemui adalah tugas-tugas akademik di sekolah. Sebagian besar anak dengan retardasi mental memiliki perkembangan bahasa yang cukup untuk aktivitas berbicara sehari-hari. Meskipun terbilang lambat tapi anak dapat mencapai keterampilan praktis dan rumah tangga untuk bisa hidup mandiri secara penuh.
2. Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Mengalami perkembangan bahasa yang bervariasi. Ada yang mencapai kemampuan komunikasi secara sederhana. Ada pula yang hanya mampu berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar saja. Selain itu, cenderung memiliki prestasi akademik yang rendah.
3. Retardasi Mental Berat (IQ 20-34)
Memiliki kemampuan yang sama dengan kategori retardasi mental sedang. Umumnya menderita gangguan fisik motorik (gerakan) yang mencolok.
4. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20)
Pemahaman dan penggunaan kata sangat terbatas. Dengan latihan dan pengawasan yang tepat, anak dengan retardasi mental dapat melakukan tugas praktis dan rumah tangga yang sederhana.
Gejala Retardasi Mental
Retardasi mental biasanya diketahui saat kecil. Terdapat beberapa gejala dan tanda dari retardasi mental pada anak-anak. Gejala ini muncul bergantung dari berat ringannya penyakit. Beberapa tanda dan gejala retardasi mental yaitu:
1.Sering berputar, duduk-berdiri, merangkak, atau terlambat berjalan.
2.Memiliki gangguan dalam berbicara, atau sering telat dalam berbicara.
3.Lamban dalam memelajari sesuatu hal yang sederhana, seperti berpakaian, membersihkan diri, dan makan.
4.Kesulitan mengingat barang
5.Kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.
6.Gangguan perilaku, seperti tantrum.
7.Kesulitan dalam diskusi penyelesaian masalah atau pola pikir logis.
8.Anak dengan retardasi mental berat biasanya akan disertai dengan masalah kesehatan lainnya. Masalah ini terkait kejang, gangguan mood (cemas dan autisme), kelainan motorik, gangguan penglihatan atau gangguan pendengaran.
Penyebab Retardasi Mental
Retardasi mental disebabkan oleh gangguan perkembangan otak. Namun, penyebab pasti dari retardasi mental hanya bisa ditentukan dengan pasti sepertiga dari seluruh angka kejadian. Berikut ini penyebab paling sering dari retardasi mental:
Kelainan genetik. Kelainan seperti sindrom down dan sindrom fragile X yang berkaitan erat dengan kelainan genetik dapat menyebabkan retardasi mental.
Masalah selama kehamilan, beberapa keadaan saat kehamilan dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak janin, seperti penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, gizi buruk, infeksi, dan preeklamsia.
Masalah selama masa bayi, Retardasi mental dapat disebabkan bayi yang selama masa kelahiran tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup, atau bayi yang sangat prematur sehingga paru-paru belum matang secara sempurna.
Cedera atau penyakit yang lainnya, infeksi seperti meningitis, atau campak dapat menyebabkan retardasi mental. Cedera kepala berat, keadaan hampir tenggelam, malnutrisi ekstrem, infeksi otak dapat berpengaruh terhadap retardasi mental.
Faktor Risiko Retardasi Mental
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko retardasi mental pada anak antara lain:
1.Faktor biologis, contohnya pada kelainan kromosom pada pengidap sindrom down.
2.Faktor metabolik, beberapa kelainan metabolik dapat meningkatkan risiko retardasi mental seperti penyakit phenylketonuria (PKU), dimana tubuh tidak dapat mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin.
3.Faktor prenatal, perawatan pra kelahiran yang buruk dapat meningkatkan risiko retardasi mental pada bayi, contohnya konsumsi alkohol pada kehamilan dan infeksi cytomegalovirus saat kehamilan.
Faktor psikososial, lingkungan rumah dan keluarga dapat menjadi penyebab timbulnya retardasi mental terutama tipe sosio-kultural, yang merupakan retardasi mental ringan.
Diagnosis Retardasi Mental
Retardasi mental dapat dicurigai dari beberapa sebab. Misal jika bayi memiliki abnormalitas fisik karena kelainan genetik atau kelainan metabolik, berbagai macam pemeriksaan dapat pula dikerjakan untuk menegakkan diagnosis tersebut. Pemeriksaan darah, urine atau pencitraan otak dapat dilakukan untuk melihat kelainan struktural otak, atau elektroensefalogram juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan kejang yang dapat terjadi.
Tiga faktor yang dapat menentukan diagnosis retardasi mental yaitu: wawancara dengan kedua orang tua, observasi terhadap anak, dan uji intelegensi dan kemampuan adaptif. Seorang anak dapat dikatakan mengidap retardasi mental jika memiliki kekurangan dalam IQ dan kemampuan adaptif.
Pencegahan Retardasi Mental
Beberapa penyebab retardasi mental. Salah satu yang paling sering dan dapat dicegah adalah sindrom janin alkohol. Sehingga, wanita hamil sebaiknya tidak mengonsumsi alkohol. Pemeriksaan kehamilan yang baik juga dapat mencegah timbulnya retardasi mental. Asupan vitamin, vaksin dan edukasi yang diberikan petugas kesehatan dapat membantu mengurangi faktor risiko.
Pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit keturunan, konseling genetik dapat dilakukan sebelum merencanakan kehamilan. Beberapa pemeriksaan seperti USG dan pengambilan cairan ketuban, dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya retardasi mental. Meskipun, pemeriksaan ini hanya sebagai penapisan sebelum persalinan, bukan sebagai pengobatan.
Pengobatan Retardasi Mental
Terdapat beberapa program pengobatan pada anak dengan retardasi mental. Semakin cepat didiagnosis, maka semakin baik pula perkembangan yang dapat diusahakan saat pengobatan. Untuk bayi dan anak-anak, intervensi awal meliputi terapi wicara, terapi okupasi, terapi motorik-fisik, konseling keluarga, latihan penggunaan alat khusus hingga program pengaturan nutrisi.
Pada anak usia sekolah dengan retardasi mental, anak dapat didaftarkan pada program sekolah khusus untuk retardasi mental untuk dapat meningkatkan kemampuan adaptabilitas anak.
https://pijarpsikologi-org.cdn.ampproject.org/v/s/pijarpsikologi.org/mental-retardation-tuna-grahita-menghadapi-anak-dengan-retardasi-mental/amp/?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=15709618213965&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fpijarpsikologi.org%2Fmental-retardation-tuna-grahita-menghadapi-anak-dengan-retardasi-mental%2F
https://www.halodoc.com/kesehatan/retardasi-mental